Rabu, 22 April 2015

Peringatan Hari Kartini (Mengenang, Memperingati, Mempelajari dan Menerapkan)

Raden Adjeng Kartini (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini[1] adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa.[2] Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir.[2] Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama.[2] Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.[2] Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan Majapahit.[2] Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja.[2]
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[3], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura.[2] Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya.[2] Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini bersama suaminya, R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat (1903).
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Surat-surat

Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.

Pemikiran


Uang kertas pecahan IDR 5 cetakan tahun 1952 dengan gambar Kartini.
Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).
Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya.[butuh rujukan] Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..."[butuh rujukan] Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.[butuh rujukan]
Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.
Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.
Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.
Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.
Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang. (diambil dari Wikipedia)

(Peringatan Hari Kartini Bersama Anak-Anak MI At-Thohoriyah Manggungan)
 
 (Peringatan Hari Kartini Bersama Anak-Anak MI At-Thohoriyah Manggungan)
 (Peringatan Hari Kartini Bersama Bapakku Tercinta "Bpk. Curigah Sentana")
  (Peringatan Hari Kartini Bersama Adeva Shakila)

Read More ->>

Kamis, 20 Juni 2013

Pengertian Cloud Computing (Jawaban Soal Prakten Teknologi Informasi dan Komunikasi)


  • Pengeritan Cloud Computing

Secara harfiah, Cloud computing adalah kumpulan dari beberapa resources yang terintegrasi menjadi satu dan digunakan melalui web. Namun dalam perkembangan globalisasi tekhnologi yang semakin menjamahi setiap manusia hingga pedesaan sehingga cloud computing dapat di artikan sebagai suatu wahana atau media yang berisi pengetahuan yang sangat membantu dalam perkembangan ilmu pengetahuan bagi manusia.
  • Seberapa pentingkah cloud computing bagi anda?


Seiring berkembangnya jaman yang semakin gemerlap dan dipenuhi oleh berbagai media yang menyediakan segala kebutuhan, yang kesemuanya itu dapat di dapatkan dari cloud computing maka sangat dibutuhkan untuk memahami dan mengerti cloud computing sebagai media untuk mengembangkan ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan jaman. Sehingga apa-apa yang sebelumnya kita tidak ketahui kini dapat kita ketahui melalui cloud computing. Adapaun kebutuhan bagi penulis sendiri, cloud computing sangat di butuhkan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan setiap saat baik dari teman maupun pertanyaan atas rasa penasaran kita terhadap sesuatu. Jadi cloud computing sangat penting bagi perkembangan pengetahuan.


  • Bagaimana cloud komputting dimasa yang akan datang?


Melihat perkembangan Cloud computing yang telah berkembang sejak tahun enam puluhan berdampingan dengan perkembangan internet dan web. Hingga saat ini cloud computing masih merajai dunia, maka di perkirakan dimasa yang akan datang, pintu ajaib Dora emon yang dulunya hanya ada pada cerita dan dongeng kartun, kini bisa di wujudkan melalui cloud computing.
Read More ->>

Pengaruh Pengalaman Kanak-kanak Terhadap Kualitas Potensi Remaja

Sahabat Karya Ilmiah Ku, sory yah kalo-kalo isi Karya Ilmiah KU ini banyak sekali kesalahan. baik  dari segi teknis penulisan maupun dari segi pembahasan dan penggunaan bahasa. jadi kalo yang lagi butuh dengan materi ini, jangan langsung COPAS koreksi dulu yah biar gak sesat. tapi semoga membantu yah sahabat Karya Ilmiyah KU.
yuk chekidot.....



KARYA ILMIAH
PENGARUH PENGALAMAN KANAK-KANAK TERHADAP
KUALITAS POTENSI REMAJA
(Sebagai Tunas Penerus Bangsa)





Oleh:
Husni Mubarok : 862010110004




JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU
2013


KATA PENGANTAR
       Alhamdulillah, segala Puji serta Syukur terlantun kan kepada Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat mengecap nikmat yang amat besar yaitu kenikmatan berada dalam keimanan. Sholawat serta salam tercurah limpahkan kepada jungjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengajarkan kepada kita kejalan yang benar. Dan juga kepada para Shohabatnya, Tabi’in dan Salafushalih yang telah berdakwah menyebarkan risalah islam. Atas berkat rahmat Allah, kami mendapatkan kemudahan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penyelesaian penyusunan karya iliah ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak. karenanya  kami ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak  yang telah membantu kami.
       Karya ilmiah ini kami buat serta kami susun berdasarkan kajian pustaka yang kami temukan dari beberapa sumber. Namun demikian, kami menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan maupun kejanggalan sehingga karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini di karenakan pengetahuan dan pengalaman  yang  dimilikipun masih sangat terbatas.
Demikian karya ilmiah ini kami buat sebagai pijakan dan evaluasi langkah  kami yang akan datang.  Oleh karena itu, kami ucapkan terimakasih atas saran saran yang diberikan, dan kami menunggu kritik yang konstruktif guna peningkatan mutu dan kemampuan kami.
       Pada akhirnya kami berharap karya ilmiah yang kami buat dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
                                                                                    Indramayu,20 Maret 2013
                                                                                                Penyusun

Halaman


Read More ->>

Kamis, 30 Mei 2013

PENGALAMAN PERTAMAKU DALAM DUNIA BLOGER

Hay...... ini adalah tulisan pertamaku di Blog pertamaku juga. :)


Hari ini aku sangat girang yang keterlaluan banget. sampe-sampe gue ogah ngebayangin buat macarin gue (saking ogahnya). tapi tetep dong gue bangga sama diri gue sendiri. yah walaupun gue baru mengenal Blog diusia Gue yang lumayan TUA (20 tahun) tapi gue tetep bangga. pasalanya kan masih banyak orang yang sampe tua bahkan sampe mati dia belum punya Blog. jangankan punya. mengenal juga kagak. ckckckc...... emang sih kalo udah mati mah sudah tidak ada lagi yang namanya BLOG-BLOGan. tapi.... Youis lah....


Duh gue bingun nih di Blog pertama gue mau gue isi pakek apaan. masalahnya, pengalaman aja belum ada. lain kali aja deh. kali ide nya udah pada bermunculan. :D

PISS ah. :*
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.

Label